Spesial Buat Anda

Setiap pelanggan adalah spesial dan kami akan melayani Anda sepenuh hati. Apapun keperluan Anda... sewa mobil lebaran, wisata ke luar kota, atau apa saja, kami selalu siap untuk Anda.

Hemat Waktu dan Tenaga

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Semua unit kami dirawat secara berkala untuk menjamin kenyamanan Anda. Artinya, semua fasilitas dalam mobil akan berfungsi dengan baik. Anda tinggal menggunakan saja

Semua unit kami dirawat secara berkala untuk menjamin kenyamanan Anda. Artinya, semua fasilitas dalam mobil akan berfungsi dengan baik. Anda tinggal menggunakan saja

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 18 Desember 2012

AIR TERJUN SRI GETHUK Gemuruh Suara Air Pemecah Hening di Tanah Kering


AIR TERJUN SRI GETHUK
Gemuruh Suara Air Pemecah Hening di Tanah Kering

Eksotisme Grand Canyon di daerah utara Arizona, Amerika Serikat tentunya tak bisa disangkal lagi. Grand Canyon merupakan bentukan alam berupa jurang dan tebing terjal yang dihiasi oleh aliran Sungai Colorado. Nama Grand Canyon kemudian diplesetkan menjadi Green Canyon untuk menyebut obyek wisata di Jawa Barat yang hampir serupa, yakni aliran sungai yang membelah tebing-tebing tinggi. Gunungkidul sebagai daerah yang sering diasumsikan sebagai wilayah kering dan tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.


Terletak di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat. Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja YogYES memilih untuk naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan.
Perjalanan menuju Air Terjun Sri Gethuk pun dimulai saat mentari belum naik tinggi. Pagi itu Sungai Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Sembari mengatur laju rakit, seorang pemandu menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun.
Tak berapa lama menaiki rakit, suara gemuruh mulai terdengar. Sri Gethuk menanti di depan mata. Bebatuan yang indah di bawah air terjun membentuk undak-undakan laksana tepian kolam renang mewah, memanggil siapa saja untuk bermain di dalam air. YogYES pun turun dari rakit dan melompati bebatuan untuk sampai di bawah air terjun dan mandi di bawahnya. Kali ini rasanya seperti berada di negeri antah berantah di mana air mengalir begitu melimpah. Air mengalir di sela-sela jemari kaki, air memercik ke seluruh tubuh, air mengalir di mana-mana. Seorang kawan tiba-tiba berteriak "Ada pelangi!". Saat menengadah, selengkung bianglala nan mempesona menghiasi air terjun. Sesaat YogYES merasa menjadi bidadari yang berselendangkan pelangi.
Biaya:
  • Tiket: Rp. 3.000 (merupakan tiket terusan dengan Gua Rancang Kencono)
  • Tarif naik rakit: Rp 5.000 / orang (pulang pergi)
  • Sewa ban: Rp. 2.000 / orang
Keterangan:
Wisata Air Terjun Sri Gethuk sepenuhnya dikelola oleh masyarakat Desa Bleberan. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi Kohar (+62 853 3400 5700), Tri Harjono (+62 813 2821 6842).

Petualangan Sungai Bawah Tanah di Gua Pindul


Petualangan Sungai Bawah Tanah di Gua Pindul


Susur sungai adalah suatu kegiatan wisata yang menarik, apalagi kalau sungai itu mengalir di dalam gua. Ini akan menjadi petualangan  yang sangat mengasyikkan sekaligus akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Gunung Kidul adalah surganya untuk melakukan petualangan tersebut. Gua Pindul adalah satu gura dari serangkaian 7 gua dengan aliran sungai bawah tanah. Gua Pindul terletak di Dus. Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul dan dapat ditempuh selama 1,5jam dari Yogyakarta dan 12 Kilometer Utara kota Wonosari. Gua Pindul mempunyai kedalaman 3 - 7 meter, panjang 300 m dan bisa ditelusuri sekitar 45 - 60 menit dengan menggunakan ban karet. Untuk menelusuri Gua Pindul sudah disiapkan peralatannya seperti ban dalam, helm bersenter, jaket pelampung serta perahu karet. 

Gua Pindul merupakan kawasan wisata yang menyajikan petualangan dengan memadukan aktivitas body rafting dan caving yang dikenal dengan istilah cave tubing. Di dalam gua, terdapat sungai yang cukup dalam, tapi tidak terlalu deras. Kita cukup duduk di atas ban dan pasrah untuk terbawa arus sungai yang tidak terlalu deras. Selama berada di dalam gua, banyak pemandangan yang sangat luar biasa, mulai dari skalaktit dan stalakmit, sampai dengan sarang burung walet.

Gua Pindul ini yang dikelola oleh karangtaruna desa dan mereka, para pemuda menjadikan kawasan tersebut menjadi sebuah potensi ekonomi yang digarap secara menarik, rapi dan bersahabat. Salah satu kesaksian sopir di jasa sewa mobil Jogja Empat Roda, bahwa dia disambut dengan sangat baik oleh penduduk setempat dan dijamu dengan makan seadanya yang dimasak oleh karangtaruna dan segelas wedang jahe. Kesederhanaan yang mereka miliki menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang membuat para wisatawan untuk datang, datang dan datang lagi.

Pengunjung bisa membawa peralatan sendiri tanpa membayar biaya apapun. Namun bagi pengunjung yang tidak membawa peralatan dan pemandu untuk melakukan petualangan cave tubing bisa menghubungi pengelola setempat. Tarifnya sangat murah berkisar antara Rp. 25.000 - Rp. 30.000 karena selain mendapatkan fasilitas peralatan dan pemandu, juga mendapatkan makan dan minum ala desa setempat.
Selamat bertualang dan bersenang-senang.

Jumat, 13 Juli 2012

GUDEG CEKER MARGOYUDAN - Berburu Kelezatan Kuliner Sebelum Fajar Menyingsing


Wisata kuliner Solo memang tidak ada matinya. Jam tangan menunjukkan pukul 02.00 dini hari ketika YogYES berangkat berburu lezatnya gudeg ceker yang terkenal itu. 10 menit perjalanan terasa sepi, hanya sesekali kami berpapasan dengan kendaraan lain. Namun begitu memasuki Jalan Monginsidi, deretan mobil dengan plat nomor dari luar kota dan puluhan sepeda motor telah terparkir rapi di pinggir jalan. Seketika suasana berubah total, dinginnya malam telah tergantikan dengan hangatnya suasana warung Gudeg Ceker Margoyudan. Dari luar terlihat kerumunan orang mengantri mengitari seorang wanita tua yang sibuk meracik porsi demi porsi gudeg cekernya. Sebagian pengunjung memilih menikmati gudeg ceker mereka di bangku-bangku di dalam warung, dan sebagian anak-anak muda memilih duduk lesehan beralaskan tikar agar lebih leluasa bercengkrama dengan temannya.
Beberapa saat menunggu akhirnya sepiring nasi gudeg dengan sambel kerecek dan empat cakar ayam sudah di tangan. Ya, cakar ayam yang sering dianggap sebelah mata itu berhasil disulap menjadi makanan yang luar biasa nikmat. Gudegnya terasa gurih dan asin, berbeda dengan kebanyakan gudeg yang cenderung manis. Sementara cakar ayamnya, yang lebih populer dengan sebutan ceker, terasa lembut dan empuk. Dimasak dalam kuah santan dalam waktu yang lama, kulit dan tulang mudanya akan langsung terlepas hanya dengan sekali gigitan. Porsinya tidak terlalu besar, pas untuk sarapan kepagian.
Walaupun tidak mengandung daging, ceker merupakan bagian dari tubuh ayam yang paling gurih. Kulit, tulang, otot, dan kolagen yang terkandung di dalamnya membuat ceker terasa gurih dan kenyal. Ceker juga kaya akan Omega 3 dan Omega 6. Dalam setiap 100 gramnya, terdapat 187 mg Omega 3 dan 2,571 Omega 6. Kedua zat ini merupakan golongan asam lemak tak jenuh ganda yang bisa membantu pertumbuhan otak dan relaksasi pembuluh darah.
So, beranikah menerima tantangan melawan kantuk dan hawa dingin demi sepiring gudeg ceker legendaris yang buka pada jam 01.30 pagi ini? Bergegaslah karena setelah jam 4 pagi gudeg ceker yang lezat ini dipastikan sudah habis.
Copyright © 2010 YogYES.COM
Jadwal Buka
Senin - Minggu pk 01.30 - 04.00 WIB

Jumat, 06 Juli 2012

Obyek Wisata Bandungan


  Bila kota Bogor memiliki kawasan wisata Puncak, maka di Semarang selatan juga memiliki kawasan yang berhawa dingin dan sejuk menyerupai kota Bandung, yang biasa dikenal dengan Wisata Bandungan. Jarak ke Bandungan dari Semarang sekitar 25 kilometer. Daerah dataran tinggi Bandungan menawarkan wisata yang cukup lengkap, meliputi wisata alam, wisata olahraga, pemancingan, taman bunga, areal perkemahan, pasar buah dan sayur, serta tempat peristirahatan yang dilengkapi hotel berbintang maupun melati. 



Oleh-oleh yang bisa di bawa dari Bandungan yang paling terkenal adalah makanannya berupa tahu Serasi Bandungan, tahu goreng yang di goreng hangat dengan secangkir kopi, memang layak dicoba di atas kawasan yang memang mengkondisikan tubuh agar mengkonsumsi makanan hangat.

Buah tangan lain yang banyak dijumpai diantaranya Kelengkeng Bandungan, Wajik Bandungan, dan lain-lain. Sangat ramai dipadati pengunjung yang ingin mengisi hari libur di kawasan ini, dekat pula dengan Candi Gedong Songo, obyek sejarah purbakala sekitar 5 km dari lokasi, bisa ditempuh dengan ojek ataupun mobil pribadi.









KAWAH PUTIH Ciwidey Bandung Selatan



KAWAH PUTIH Ciwidey Bandung Selatan

 
Pemandangan Kawah putih (foto ©arie saksono)
Wilayah Kabupaten Bandung memiliki banyak tempat wisata yang menawarkan pemandangan yang indah beserta legenda-legenda yang menarik. Salah satunya adalah Kecamatan Ciwidey yang berada di selatan Kabupaten Bandung. Di kawasan ini terdapat objek wisata menarik yaitu Kawah Putih.
Kawah Putih adalah sebuah danau kawah dari Gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut dengan suhu antara 8-22°C. Di puncak Gunung Patuha itulah terdapat Kawah Saat, saat berarti surut dalam Bahasa Sunda, yang berada di bagian barat dan di bawahnya Kawah Putih dengan ketinggian 2.194 meter di atas permukaan laut. Kedua kawah itu terbentuk akibat letusan yang terjadi pada sekitar abad X dan XII silam.Kawah Putih ini terletak sekitar 46 km dari Kota Bandung atau 35 km dari ibukota Kabupaten Bandung, Soreang, menuju Ciwidey.

Bpk. Wagub Jawa Barat saat kunjungan Kawah Putih 2010 (©arie saksono)
Legenda Kawah Putih
Gunung Patuha konon berasal dari nama Pak Tua atau ”Patua”. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Gunung Sepuh.Dahulu masyarakat setempat menganggap kawasan Gunung Patuha dan Kawah Putih ini sebagai daerah yang angker, tidak seorang pun yang berani menjamah atau menuju ke sana. Konon karena angkernya, burung pun yang terbang melintas di atas kawah akan mati.
 
Danau Kawah Putih (foto ©arie saksono)
Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap pada tahun 1837 oleh seorang peneliti botanis Belanda kelahiran Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) yang melakukan penelitian di kawasan ini. Sebagai seorang ilmuwan, Junghuhn tidak mempercayai begitu saja cerita masyarakat setempat. Saat ia melakukan perjalanan penelitiannya menembus hutan belantara Gunung Patuha, akhirnya ia menemukan sebuah danau kawah yang indah. Sebagaimana halnya sebuah kawah gunung, dari dalam danau keluar semburan aliran lava belerang beserta gas dan baunya yang menusuk hidung. Dari hal tersebut terungkap bahwa kandungan belerang yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan burung enggan untuk terbang melintas di atas permukaan danau Kawah Putih.
Kawah Putih 1856, Java-Album, Franz Wilhelm Junghuhn
Karena kandungan belerang di danau kawah tersebut sangat tinggi, pada zaman pemerintahan Belanda sempat dibangun pabrik belerang dengan nama Zwavel Ontgining ‘Kawah Putih’. Kemudian pada zaman Jepang, usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey yang langsung berada di bawah penguasaan militer Jepang.

Tambang belerang peninggalan jaman Belanda & Jepang (foto ©arie saksono)
Di sekitar kawasan Kawah Putih terdapat beberapa makam leluhur, antara lain makam Eyang Jaga Satru, Eyang Rongga Sadena, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha yakni Puncak Kapuk, konon merupakan tempat pertemuan para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Konon, di tempat ini terkadang secara gaib terlihat sekumpulan domba berbulu putih yang oleh masyarakat disebut domba lukutan.

Sesepuh dan Juru kunci Kawah Putih hadir pada Festival Kawah Putih 2010
Danau Kawah Putih memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Air di danau kawahnya  dapat berubah warna, kadangkala berwarna hijau apel kebiru-biruan bila terik matahari dan cuaca terang, terkadang pula berwarna coklat susu. Paling sering terlihat airnya berwarna putih disertai kabut tebal di atas permukaan kawah. Selain permukaan kawah yang berwarna putih, pasir dan bebatuan di sekitarnya pun didominasi warna putih, oleh karena itu kawah tersebut dinamakan Kawah Putih.

Air danau Kawah Putih yang dapat berubah warna (foto ©arie saksono)
Menuju ke Kawah Putih
Sejak tahun 1987 PT. Perhutani (Persero) Unit III Jabar dan Banten mengembangkan kawasan Kawah Putih ini  menjadi sebuah objek wisata. Untuk tiket masuk areal objek wisata Kawah Putih, setiap orang dikenakan biaya Rp 10.000,00, (update harga tiket lihat keterangan di bawah) sudah termasuk premi asuransi. Objek wisata Kawah Putih dibuka mulai pukul 07.00 dan tutup pada pukul 17.00, setiap hari Senin sampai dengan Minggu. Fasilitas bagi pengunjung di sekitar Kawah Putih sudah cukup memadai dengan adanya areal parkir, transportasi transit menuju kawah, pusat informasi, mushala, dan warung-warung makanan.

Danau Kawah Putih kadang ditutupi halimun (foto ©arie saksono)
Untuk menuju ke sana, pengunjung dari Jakarta dapat melewati tol Cipularang terus menuju pintu keluar tol Kopo menuju Soreang ke arah selatan ke kota Ciwidey. Sekitar 20 – 30 menit dari kota Ciwidey terlihat tanda masuk menuju gerbang masuk objek wisata Kawah Putih yang ada di sebelah kiri jalan. Untuk menuju Kawah Putih dari gerbang masuk kawasan objek wisata Kawah Putih disarankan menggunakan kendaraan, jangan berjalan kaki karena jalan yang agak menanjak dan cukup jauh, yaitu sekitar 5,6 km atau sekitar 10 – 15 menit dengan kendaraan. Kendaraan pribadi dapat langung menuju tempat parkir luas yang tersedia tidak jauh dari kawah. Sementara pengunjung dengan rombongan besar yang menggunakan bis, atau transportasi umum dapat menggunakan kendaraan khusus yang ada di areal parkir dekat gerbang masuk untuk mencapai kawah dari pintu masuk. Kondisi jalan yang kecil dan menanjak tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan jenis bis besar maupun sedang.
Transportasi umum menuju Ciwidey dari Bandung dapat ditemui di Terminal Kebun Kalapa maupun Leuwi Panjang. Setelah sampai di Kota Ciwidey maka perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pedesaan tujuan Situ Patengan. Angkutan pedesaan yang menuju Situ Patengan ini melintasi objek-objek wisata yang ada di kawasan Ciwidey yaitu Perkebunan Strawberry, Kawah Putih, Ranca Upas, & kolam renang air panas Cimanggu. Untuk dapat menjelajahi dan menikmati keindahan alam kawasan Ciwidey dan sekitarnya rasanya tidak cukup hanya satu hari.
© 2008-2010 arie saksono
Updated Harga Tiket Masuk dari pembaca:
Lihat komentar pengunjung di bawah ini:
Updated Tiket Masuk Kawah Putih per 12 Maret 2012:
Wisatawan Mancanegara: Rp. 30.000.
Wisatawan Nusantara : Rp. 15.000.
Ontang-anting : Rp. 10.000 PP (5.000 x 2)
Mobil sampai ke atas : Rp. 150.000.
Parkir Bus : Rp. 25.000.

  
yogi says:
September 19, 2010 at 18:32
update tarif masuk kawah putih hari ini (19/10/10):
orang: Rp.   26.000 (termasuk ongkos kendaraan ke atas-PP)
mobil: Rp. 150.000 (minibus)-sampai ke atas
Oman mengatakan:
Mei 18, 2010 pukul 18:28
Info kemarin tgl 17 Mei 2010.
Tiket masuk update 8 Mei 2010 (dibuka kembali)
Wisnus Rp 25.000,- / orang. (termasuk angkutan ke atas kawah)
Wisman Rp 50.000,- / orang.
Bermobil 1 orang Rp 165.000,- / (man)Rp 190.000,-
Bermobil 2 orang Rp 180.000,- / (man)Rp 230.000,-
Bermobil 3 orang Rp 195.000,- / (man)Rp 270.000,-
dst.


7 Oleh - oleh khas Jogja


7 Oleh-Oleh Khas Jogja

Lebaran datang, musim liburan pun tiba. Salah satu kota yang menjadi tempat tujuan mudik atau wisata adalah Yogyakarta. Satu kota yang sarat dengan budaya Jawa yang menolak untuk luntur, kekhasan Jogja yang kental membuat semua orang yang pernah mencicipinya gatal untuk kembali atau sekedar mampir di sana untuk menikmati suasana Jawa-nya yang santai dan ramah. Kentalnya suasana ini pernah diungkap oleh kelompok musik legendaris Kla Project dalam lagu mereka ‘Yogyakarta’ yang kini tentunya menjadi lagu wajib kota Jogja. Bagi mereka yang belum sempat datang biasanya mereka meminta oleh-oleh ke teman-teman atau saudara yang mudik atau berlibur ke Jogja. Bagaimana dengan anda? Sudah menentukan oleh-oleh yang akan dibeli di Jogja? Apa saja sih oleh-oleh khas kota ini? Berikut adalah tujuh diantaranya.
7. Buah Salak
source: indonesia-arab.blogspot.com
Lereng Merapi rupanya memberikan berkah bagi para petani salak. Mulai dari wilayah Magelang (Muntilan) Jawa Tengah hingga ke Sleman (seputaran Turi, Cangkringan, Tempel dan Pakem) adalah sentra produksi salak pondoh, salak manis dan garing yang menjadi buah salak primadona Jogja. Begitu suburnya budidaya salak pondok di daerah ini, sampai-sampai terdapat satu wilayah seluas 27 hektar yang dijadikan kawasan agrowisata salak lengkap dengan tempat bermain anak, kolam renang dan pemancingan di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman, tepatnya di Kampung Gandung, Bangunkerto, Turi. Jika anda tertarik mengunjunginya, lokasi ini bisa dicapai baik dari Jalan Magelang ataupun dari Jalan Palagan Tentara Pelajar (Monjali).
Tapi kalau hanya untuk sekedar mencari oleh-oleh, anda tentunya tidak perlu jauh-jauh ke Turi. Kios-kios salak banyak bertebaran di Jalan Magelang dan salak bisa ditemui hampir di semua kios buah di Jogja. Jangan lupa saya juga dikirim ya… hihihi…
6. Kerajinan Perak Kotagede
source: beritaharianku.blogspot.com
Kotagede yang merupakan wilayah kota lama Kerajaan Mataram adalah sentra industri Perak. Sejak jaman Mataram, perak memang menjadi primadona di daerah ini dan dengan kualitasnya yang bagus, perak kotagede telah merambah hingga ke mancanegara dan ini dimulai sejak pendudukan Belanda di Jogja yang sering memesan perhiasaan emas, perak dan tembaga untuk dikirim kembali ke Eropa. Kini wilayah Kotagede dipenuhi oleh showroom perak baik dari produsen kelas besar hingga ke industri rumahan.
Ada empat jenis produksi perak di Kotagede, yakni perak filigri dengan tekstur berlubang, tatak ukir yang desainnya menonjol, casting yang terbuat dari cetakan dan hand made alias kerajinan tangan langsung (biasanya berupa cincin atau kalung atau pernik lain yang membutuhkan ketelitian). Sedikit saran, jika anda tertarik dengan satu produk, coba anda bandingkan dari satu toko ke toko lain, siapa tahu anda bisa mendapatkan barang yang sama dengan harga yang lebih murah.
5. Kerajinan Kasongan
source: tutinonka.wordpress.com
Kasongan adalah kawasan desa wisata di wilayah Bantul yang menjadi pusat kerajinan gerabah atau keramik (kerajinan dari tanah liat atau tanah lempung). Hasil kerajinan gerabah yang diproduksi di Kasongan umumnya berupa guci, pot, souvenir, pigura, hiasan dinding, kendi, kendil hingga ke perabotan rumah yang penuh dengan hiasan. Kini produksinya juga makin kreatif dengan munculnya kerajinan yang terbuat dari daun pisang, bahan bambu dan banyak lagi yang lain. Semua hasil kerajinan di Kasongan memiliki kualitas ekspor namun ada baiknya anda selalu memperhatikan barang yang anda beli dengan teliti.
Kerajinan asal Kasongan ini sebenarnya juga dijual di lapak-lapak di Malioboro, tapi tidak ada salahnya anda melewatkan waktu sebentar di kawasan wisata yang menarik ini karena selain barang yang dijual tentunya lebih lengkap akan sangat menarik kalau anda melihat langsung proses pembuatan kerajinan ini sendiri, mulai dari pengolahan tanah, pembentukan, pembakaran hingga pewarnaan yang bisa anda saksikan langsung di Kasongan.
4. Gudeg
source: wisata.kompasiana.com
Tidak lengkap rasanya membuat daftar oleh-oleh asal Jogja tanpa menyebut nama lauk makan satu ini, apalagi Jogja sendiri dikenal dengan sebutan Kota Gudeg. Makanan manis asli Jogja ini sebenarnya adalah sayur nangka (dalam bahasa Jawa disebut gori) dan olahannya bisa menjadi dua jenis, gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah direbus sekali hingga airnya kering sedangkan gudeg kering dimasak berulang-ulang hingga kering. Jika anda berminat untuk menjadikan gudeg sebagai oleh-oleh, pastikan bahwa anda membeli gudeg kering yang biasanya dimasukkan ke dalam kendil atau guci tanah liat (sehingga disebut gudeg kendil) supaya awet hingga beberapa hari. Saat membeli tanyakan ke penjual berapa lama gudeg ini bisa awet.
Biasanya sih, gudeg kendil bisa awet untuk dua hari lamanya tanpa dipanaskan, jadi kalau anda ingin mengirimnya harus sedikit buru-buru. Isi dari gudeg kendil sendiri terdiri dari gudeg, ayam, telur (atau tahu), sambel krecek (kulit sapi) dan berbagai macam ‘perangkat perang’ lain yang bisa dilahap kapan saja. Walaupun penjual gudeg tersebar di semua wilayah Jogja, ada dua pusat penjualan gudeg yang terkenal, yang pertama ada di Wijilan (timur alun-alun utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan selatan plengkung Wijilan) sedangkan yang kedua ada di Barek, utara Fakultas Kehutanan UGM.
3. Kaos Dagadu

Inilah oleh-oleh paling trendy yang ada di Jogja. Seakan telah menjadi cap paten, jika anda mengenakan baju produksi Dagadu, itu artinya anda pernah datang ke Jogja. Dari segi popularitas, kaos Dagadu masih kalah ngetop dari ‘rekan sejawatnya sesama kaos plesetan’ yang berasal dari Bali yakni Joger. Tapi tetap saja tak akan lengkap rasanya jika sudah pernah menginjakkan kaki di Jogja namun anda belum pernah membeli atau mengenakan kaos plesetan aseli berjuluk Dagadu ini. Saya mencoba menggarisbawahi kata aseli, karena memang kaos asli Dagadu hanya bisa ditemui di pabrik mereka di Pakuningratan, lower ground Mal Malioboro dan lantai dua Plaza Ambarukmo. Kaos Dagadu tidak dijual di tempat lain dimanapun di Jogja.
Kaos Dagadu melejit menjadi salah satu alternatif oleh-oleh terutama dalam dua puluh tahun terakhir karena memang desain kaosnya yang kreatif, kata-katanya yang lucu dan kaosnya yang tidak murahan. Begitu boomingnya kaos Dagadu sebagai oleh-oleh khas Jogja, para pembajakpun ikut-ikutan kreatif memproduksi kaos Dagadu yang sayangnya bukan yang aseli, kaos-kaos Dagadu palsu ini bisa anda temui di sepanjang jalan Malioboro hingga masuk ke gang-gang yang ada disekitarnya. Desain kaos palsu ini mengambil desain lama Dagadu dan kadang memasukkan unsur-unsur pembeda baru. Tapi sekali lagi, Dagadu tidak berjualan di tempat lain selain tiga tempat di atas. Jadi kualitas kaos Dagadu bajakan ini tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Tambahan sedikit, Dagadu sendiri merupakan bahasa walikan (bahasa gaul Jogja-Solo) yang artinya ‘Matamu’.
2. Batik Beringharjo
source: eurekatour.com
Saya menempatkan Batik Beringharjo di peringkat kedua, karena selain tempatnya paling mudah diakses – anda yang baru pertama kali datang ke Jogja bisa sampai di sana bahkan tanpa harus bertanya dulu ke warga Jogja (Beringharjo ada di ujung selatan Malioboro, sebelah utara Benteng Vredeburg). Pasar Beringharjo adalah sentra batik utama di Jogja sekaligus pasar tradisional terbesar di kota ini, jadi bersiap-siaplah berdesak-desakan dalam panas ketika masuk ke pasar ini. Batik yang tersedia ada beraneka ragam, mulai dari atasan, bawahan, kaos, daster, kain, pernik hingga berbagai macam barang dengan motif batik.
Jika kaos Dagadu adalah kaos trendy, maka baju batik bisa dinikmati oleh khalayak yang lebih luas lagi. Satu hal yang perlu anda ingat ketika mencoba membeli barang di Malioboro termasuk Beringharjo, adalah tawar sekejam-kejamnya. Barang yang dijual di Malioboro biasanya dimark-up gila-gilaan oleh penjualnya, jadi kalau anda tertarik, coba tawar harga hingga separuh atau tiga perempatnya. Akan lebih baik kalau anda memiliki teman, saudara atau guide yang bisa berbahasa Jawa untuk membantu menawar barang bagi anda. Kalau anda lebih memilih untuk santai dan tidak terlampau memusingkan harga, anda bisa masuk ke toko Mirota Batik yang tepat berada di depan Pasar Beringharjo di Jalan Malioboro.
1. Bakpia Pathuk
source: google image
Kalau anda bertanya ke orang Jogja untuk menanyakan oleh-oleh khas daerah ini, mereka pasti akan menyebut nama Bakpia Pathuk. Tidak ada orang Jogja yang tidak tahu daerah Pathuk. Pathuk (atau Pathok) adalah nama tempat yang menjadi sentra penjualan bakpia nomer satu di Jogja. Lokasinya ada di barat Malioboro, melewati jalan Bhayangkara dan berada di kecamatan Ngampilan. Sepanjang jalan di daerah Pathuk ini dipenuhi oleh kios penjual bakpia. Kalau musim liburan, jalan sempit ini bisa dipastikan ramai oleh mereka yang mencari oleh-oleh.
Makanan ringan ini sebenarnya bukan asli Jogja, melainkan bawaan dari Cina dan aslinya bernama Tou Luk Pia atau pia yang artinya roti kacang hijau, namun di Jogja yang orang-orangnya suka memelesetkan nama, Tou Luk Pia berubah menjadi ‘bakpia’. Bakpia adalah roti panggang berisi adonan kacang hijau dan gula yang dibungkus tepung. Adonan kacang hijau ini kini memiliki banyak varian mulai dari rasa coklat, keju, nanas, durian sampai aneka rasa.
Di Pathuk, ada dua toko bakpia paling terkenal yaitu Bakpia 75 dan Bakpia 25, tapi produksi toko lainnya pun sebenarnya tidak kalah legit. Toko bakpia di Pathuk biasanya dinamakan sesuai dengan nomer rumah toko, ada Bakpia 75, 25, 35, 88, 55 dan lain sebagainya. Sebagai alternatif, di daerah Minomartani, Sleman ada juga sentra bakpia kering dan di jalan Glagahsari ada satu toko bakpia yang tengah naik daun, yaitu Bakpia Kurnia Sari.
Anda pengen membeli oleh-oleh yang mana? Monggo.

Rabu, 04 Juli 2012

Tradisi Nyadran masyarakat Jawa

Tradisi Nyadran masyarakat Jawa


Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur. Ritus ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dalam tradisi Jawa biasanya dilakukan pada bulan tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan, yaitu Sya'ban atau Ruwah.

Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan dalam ritus dan objeknya. Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.


Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.

Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh Wali Songo.

Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya, dan keagamaan.

Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue tersebut selain dipakai munjung/ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetangga dekat juga mendapatkan bagian dari kue-kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama.

Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang ditabuh dengan kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu seluruh keluarga dan anak-anak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu.

Tiap keluarga biasanya akan membawa makanan sekadarnya, beragam jenis, lalu duduk bersama dalam keadaan bersila. Kemudian, kebayan desa membuka acara, isinya bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada warga yang sudah bersedia menyediakan makanan, ambengan, dan lain-lain termasuk waktunya. Setelah itu, Mbah Kaum (ulama lokal) yang sudah dipilih menjadi rois, maju untuk memimpin doa yang isinya memohon maaf dan ampunan atau dosa para leluhur atau pribadi mereka kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

Doanya menggunakan tata cara agama Islam, warga dan anak-anak mengamini. Suasana ceria anak-anak tergambar dengan semangat melafalkan amin sambil berteriak. Selesai berdoa, semua yang hadir mencicipi makanan yang digelar.

Pada saat itu ada yang tukar-menukar kue, ada yang asyik ngobrol dengan kanan-kiri, maklum beberapa warga pulang dari perantauan hadir dalam kenduri. Biasanya Mbah Kaum diberi uang wajib dan makanan secukupnya, sedangkan yang tak hadir atau si miskin diberi gandhulan, nasi, kue yang dikemas khusus kemudian diantar ke rumah yang sudah disepakati diberi gandhulan.

Dari tata cara tersebut, jelas nyadran tidak sekadar ziarah ke makam leluhur, tetapi juga ada nilai-nilai sosial budaya, seperti budaya gotongroyong, guyub, pengorbanan, ekonomi. Bahkan, seusai nyadran ada warga yang mengajak saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar.

Di sini ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau anggota trah. Di samping itu, semakin jelas adanya nilai transformasi budaya dan tradisi dari yang tua kepada yang muda.

Mengenai pola keberagamaan yang ada di Jawa, C Geertz (1981) melalui penelitiannya di Mojokerto menghasilkan sebuah konsep keberagamaan masyarakat yang bersifat abangan, santri, dan priayi. Ketiganya merupakan akumulasi dari hasil akulturasi budaya lokal masyarakat, Hidhu-Buddha dengan nilai-nilai Islam. Pola interaksi antara budaya lokal dan nilai Islam menjadikan Islam warna-warni.

Nyadran merupakan ekspresi dan ungkapan kesalehan sosial masyarakat di mana rasa gotong- royong, solidaritas, dan kebersamaan menjadi pola utama dari tradisi ini. Ungkapan ini pada akhirnya akan menghasilkan sebuah tata hubungan vertikal-horizontal yang lebih intim. Dalam konteks ini, maka nyadran akan dapat meningkatkan pola hubungan dengan Tuhan dan masyarakat (sosial), sehingga akhirnya akan meningkatkan pengembangan kebudayaan dan tradisi yang sudah berkembang menjadi lebih lestari.

Dalam konteks sosial dan budaya, nyadran dapat dijadikan sebagai wahana dan medium perekat sosial, sarana membangun jati diri bangsa, rasa kebangsaan dan nasionalisme (Gatot Marsono). Dalam prosesi ritual atau tradisi nyadran kita akan berkumpul bersama tanpa ada sekat-sekat dalam kelas sosial dan status sosial, tanpa ada perbedaan agama dan keyakinan, golongan ataupun partai.

Nyadran menjadi ajang untuk berbaur dengan masyarakat, saling mengasihi, saling menyayangi satu sama lain. Nuansa kedamaian, humanitas dan familiar sangat kental terasa. Apabila nyadran ditingkatkan kualitas jalinan sosialnya, rasanya Indonesia ini menjadi benar-benar rukun, ayom-ayem, dan tenteram.

Nyadran dalam konteks Indonesia saat ini telah menjelma sebagai refleksi, wisata rohani kelompok masyarakat di tengah kesibukan sehari-hari. Masyarakat, yang disibukkan dengan aktivitas kerja yang banyak menyedot tenaga sekaligus (terkadang) sampai mengabaikan religiusitas, melalui nyadran, seakan tersentak kesadaran hati nuraninya untuk kembali bersentuhan dan bercengkrama dengan nilai-nilai agama: Tuhan.


Senin, 02 Juli 2012

Tengkleng Klewer


 Tengkleng yang mangkal di pinggir gapura sebelah utara pasar Klewer ini sudah ada sejak tahun 70-an. Warung yang menyajikan menu tengkleng yang terbuat dari tulang kambing yang masih ada beberapa daging yang masih menemperl kini banyak diminati oleh semua lapisan masyarakat. 

Konon katanya, menu tengkleng ini merupakan menu makanannya rakyat jelata wong kere yang tak mampu membeli makanan seperti sate, gule ataupun makanan-makanan berdaging lainnya. 

Isinya tengkleng terbuat dari tulang kambing mulai dari tulang iga, kaki, mata, kuping, lidah, pipi, sumsum, otak, dan lain-lain sehingga pembeli pun juga bisa memilih sendiri sesuai selera. Satu porsi tengkleng di warung Bu Edi ini Rp. 15.000.

Anda bisa langsung makan ditempat tersebut namun jangan berharap dapat tempat duduk yang nyaman karena memang kurang tersedia banyak tempat duduk di warungnya Bu Edi ini. Makan di warung ini penyajian Tengkleng-nya menggunakan pincuk yakni tempat makan yang terbuat dari daun pisang dan tentunya kalau tidak ada tempat duduk anda bisa makan sambil berdiri. Saking banyak pengunjung, biasa banyak juga pembeli yang pesan untuk dibungkus. 

Buka mulai jam 2 siang, beberapa jam saja sekitar 2-3 jam sudah habis.


4 Hotel Baru Dibuka di Solo


Empat hotel baru beroperasi di Surakarta dalam waktu yang hampir bersamaan. Dimulai dengan pembukaan Rumah Batu Villa and Spa pada 17 Juni 2012, kemudian disusul Fave Hotel Solo Baru pada 20 Juni, Hotel Acacia Inn pada 21 Juni, dan terakhir Pose In Hotel di awal Juli mendatang.
Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta Abdullah Soewarno mengatakan hotel baru yang segera beroperasi itu berkategori di bawah bintang 4 dan 5. »Kalau hotel baru yang berdiri bintang 4 dan 5, kami tidak terlalu khawatir karena mereka condong mendatangkan tamu dari luar,” katanya kepada wartawan, Senin, 18 Juni 2012.
Sementara hotel bintang 1, 2, dan 3 biasanya menggarap tamu yang selama ini sudah menjadi pelanggan di hotel lama. Dengan keunggulan fasilitas, kamar, dan perabot yang serba baru, maka diyakini konsumen lebih memilih hotel-hotel yang baru itu.
»Kami memperkirakan ada penurunan okupansi menjadi 50 persen dari sekarang di angka 57 persen,” ujarnya. Dia sendiri mengaku tidak habis pikir kenapa semakin banyak investor yang membangun hotel di Solo.
Sebab rata-rata tingkat keterisian hotel sebenarnya tidak mendukung bisnis hotel. Abdullah menyatakan agar sebuah hotel mendapat untung, rata-rata okupansi dalam setahun minimal 65-70 persen. »Sekarang dengan rataan okupansi 57 persen, dan bakal semakin berkurang dengan hadirnya hotel baru, sebenarnya keuntungan apa yang didapat,” ujarnya.
Abdullah sendiri tidak mempermasalahkan dan tidak menolak ada investor yang menanamkan uangnya untuk membangun hotel di Solo. Hanya saja, perlu pengaturan agar tidak terjadi perang harga karena berebut konsumen yang terbatas.
Sales Executive Rumah Batu Villa and Spa Lina Sari mengatakan pembukaan memang dibarengkan dengan masa liburan sekolah dan disambung Lebaran. »Konsep kami resor dengan 18 kamar. Kami memadukan nuansa Jawa dan Bali,” dia menjelaskan.
Kemudian Fave Hotel Solo Baru yang dikelola Aston International akan mengoperasikan 153 kamar. Menurut juru bicara Fave Hotel, Candid Erdiata, hotel bintang dua itu memiliki konsep fresh, fun, and friendly. »Kami menyasar para pebisnis yang mencari akomodasi berkualitas dengan harga yang terjangkau,” katanya. Tiap kamar didesain dengan nuansa batik dan warna-warna cerah di interiornya.
Direktur Pose In Hotel Metty P Indriasari mengatakan ada 56 kamar yang disiapkan yang dilengkapi dengan ruang pertemuan. Saat ini pembangunan hotel baru selesai 70 persen dan saat pembukaan perdana pada awal Juli 2012, hotel bintang tiga ini baru mengoperasikan 32 kamar.

Minggu, 01 Juli 2012

Tips Wisata ke Gunung Bromo dari Jakarta

 Ingin melihat pemandangan paling indah matahari terbit di Tanah Air? Datanglah ke Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ada sensasi tersendiri melihat matahari pelan-pelan muncul dari balik gunung dan awan terasa di bawah mata kita. Bagaikan mengawang di atas gunung.
Dari Jakarta menuju Gunung Bromo bisa ditempuh dengan tiga cara. Melalui udara langsung beli tiket pesawat Jakarta-Surabaya. Hampir semua maskapai penerbangan nasional membuka jalur Jakarta-Surabaya.
Sampai di Bandara Juanda ada pilihan bus Damri yang mengantar kita ke terminal bus Bungurasih Surabaya. PIlih bus jurusan Jember atau Banyuwangi. Kepada kondektur bus, katakan bahwa Anda ingin turun di Probolinggo.
Sampai Terminal Probolinggo, Anda bisa naik angkutan desa ke jurusan Kecamatan Ngadisari, biayanya sekitar 25 ribu rupiah. Tetapi jangan kaget. Angkutan desa ini menunggu penumpang hingga penuh, barulah kemudian ia mau berangkat. Jadi agak lama menunggu mobil jenis colt lama itu untuk berangkat.
Melalui jalur kereta api, banyak pilihan untuk Anda, mulai dari kelas eksekutif sampai ekonomi. Anda bisa naik kereta api eksekutif Agro Angrek atau kereta api ekonomi non-AC Gaya Baru sampai Surabaya.
Dari Stasiun Kereta Api Gubeng, Surabaya, Anda bisa naik Kereta Api Mutiara Timur jurusan Surabaya-Banyuwangi yang berangkat pukul 09.00 WIB setiap harinya. Anda beli tiket sampai Stasiun Probolinggo saja. Dari Stasiun Probolinggo bisa naik angkutan kota ke Terminal Bus Probolinggo untuk ganti angkutan desa ke Kecamatan Ngadisari, kota terakhir sebelum ke Gunung Bromo.
Apabila ingin naik bus eksekutif langsung ke Probolinggo, ada pilihan beberapa bus eksekutif di Terminal Bus Lebakbulus Jakarta jurusan Jember atau Banyuwangi. Anda cukup beli tiket jurusan Jakarta-Probolinggo saja.
Di Kecamatan Ngadisari banyak pilihan tempat menginap. Bisa di hotel atau rumah-rumah penduduk yang sekamar hanya 100 hingga 200 ribu rupiah saja. Urusan perut tak perlu khawatir. Ada banyak warung-warung makan an yang menjual minuman dan makan an panas untuk mengurangi dinginnya udara Gunung Bromo.
Untuk melihat matahari terbit ke Gunung Bromo lokasinya berada di Penanjakan. Anda perlu menyewa mobil jip hardtop untuk mengantar Anda menyeberangi lautan pasir. Harga sewa sekitar 300 hingga 400 ribu rupiah per mobil.
Untuk sewa mobil ini Anda bisa patungan dengan beberapa wisatawan. Satu mobil cukup untuk tujuh orang. Anda harus sudah memesan mobil jip ini pada malam hari. Pemilik hotel jam 03.00 WIB akan membangunkan Anda untuk berangkat melihat matahari terbit. Supir jip disini sangat mahir menyetir mobilnya di lautan pasir yang gelap.
Jangan lupa membawa jaket, syal, sarung tangan, dan topi penutup telinga. Karena selain dinginnya udara, juga angin kencang membuat Anda kedinginan. Sangat beruntung apabila Anda datang tidak dalam keadaan cuaca mendung sehingga leluasa melihat matahari terbit.
Sekitar pukul 04.45 WIB matahari akan terbit perlahan-lahan. Sekitar 30 menit Anda akan takjub melihat keindahan matahari terbit sampai akhirnya matahari terang berendang dan puncak Gunung Bromo terlihat bersebelahan dengan Gunung Batok.
Jangan kaget banyak pengunjung yang bertepuk tangan saat matahari muncul perlahan-lahan tersebut karena keindahannya memiliki sensasi tersendiri. Kita akan merasa berada di atas awan melihat kabut di bawah menari-nari diatas Gunung Bromo. Puncak Gunung Semeru juga kelihatan dari kejauhan membelakangi Gunung Bromo.
Setelah puas foto-foto bersama di Penanjakan, Anda bisa langsung ke kawah Gunung Bromo. Mobil jip sewaan akan mengantar Anda sampai pemberhentian terakhir di dekat pura di kaki Gunung Bromo.
Untuk naik ke puncak kawah Gunung Bromo Anda bisa naik tangga sampai puncaknya. Apabila tidak mau capai, Anad bisa sewa kuda dengan ongkos 100 ribu rupiah. Anda akan naik kuda dengan dituntun pemilik kuda sehingga Anda bisa aman di atas pelana kuda tanpa khawatir kudanya lari.
Dari puncak Gunung Bromo Anda akan melihat langsung kawah yang sedikit berbau belerang. Pemandangan di bawah berupa keindahan lautan pasir dan Pura Hindu tampak anggun di kejauhan kaki gunung.
Kuda-kuda yang parkir menunggu pengunjung menyewa juga menambah keindahan pemandangan. Di sisi sebelah Gunung Bromo juga bisa dilihat Gunung Batok yang terlihat seperti bentuk kue berlapis raksasa karena bentuk gunungnya seperti berlapis-lapis.

Setelah puas berfoto ria di puncak Gunung Bromo Anda bisa siap-siap turun dari puncaknya menuju Ngadisari. Tentu kembali dengan menaiki jip sewaan yang setia menunggu Anda untuk kembali ke penginapan. Jangan lupa kesepakatan harga dengan supir jip sewaan Anda harus detail, mulai dari jemput penginapan sampai pulang kembali ke penginapan. Jangan lupa berhenti sesekali untuk foto-foto.


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More